Baginya pro dan kontra sudah menjadi hal yang wajar dalam pencalonan seseorang, tak terkecuali dirinya. "Saya rasa like dan dislike, pro dan kontra itu hukum alam. Tidak ada Presiden yang didukung 100 persen oleh rakyatnya," ucap Rhoma di acara Sosialisasi dan Workshop Nominasi Warisan Budaya Dunia Tak Benda UNESCO, Hotel Merlynn Park, Jakarta Pusat (23/11).
Dirinya pun hanya bisa meminta maaf kepada orang-orang yang menentangnya maju dalam pilpres nanti. "Saya mohon maaf kepada yang kurang bahagia. Saya rasa ini biasa," katanya.
Dan isu poligami yang bagi sebagian kalangan masih sensitif, menurut Rhoma yang merupakan pelaku poligami, bukanlah hal yang cacat moral.
"Jangan bilang saya mencalonkan, saya didorong. Kalo poligami, Islam itu prinsipnya monogami. Poligami itu situasional dan kondisional. Poligami bukan cacat moral, di agama juga," tandasnya.